Udah pernah bermain ular tanggakan? sewaktu masih umur-umuran sd mungkin pernah main, kalo anak zaman sekarang apa tahu permainan ulartangga ini? ga yakin deh anak sekarang tahu, ckckckck.....
Ular tangga adalah permainan sederhana namun mengasyikkan ini
tersebar di seluruh dunia dan umumnya memiliki ciri yang sama dengan
nama yang umumnya merupakan terjemahan dari kata ular dan tangga dalam
bahasa masing-masing. Dalam bahasa Inggris misalnya dinamakan
Snakes-and-Ladders.
Nomor-nomor kotak pada permainan aslinya sudah memiliki nilai tetap, kotak nomor 12 misalnya adalah kotak bernama Iman, kotak nomor 73 adalah pembunuhan, kotak nomor 76 adalah pengetahuan, dan seterusnya. Dalam prakteknya, masing-masing pembuat permainan ini memodifikasi sesuka hati mereka, bahkan memberikan bermacam-macam variasi tema pada permainan ini. Permainan ular tangga di Indonesia, misalnya, memiliki macam-macam variasi. Kemungkinan variasi yang bisa dibikin memang hanya bisa dibatasi oleh tingkat imajinasi saja.

Yang jadi paradoks dari perlambang-perlambang tersebut adalah bahwa ular dalam beberapa ritual rakyat India, terutama di kalangan umat Hindu tertentu, merupakan hewan yang dipuja sebagai sosok dewa. Pada hari kelima bulan Shravan dalam kalender Hindu, yang disebut Nag Panchami, orang-orang melakukan ritual pemujaan terhadap ular atau nag. Diyakini bahwa dewa ular yang dikaitkan dengan Dewa Subrmanya akan terhibur dengan pemujaan ini sehingga akan menghapus penderitaan mereka dan membawa kebahagiaan. Di Bengal dan sebagian Assam dan Orissa, orang mengharapkan mendapat berkahan dari Mansa, sang ratu ular.
Pemujaan dan ketakutan, perasaan positif dan negatif, penderitaan dan pengharapan akan berkah, merupakan dua sisi mata uang yang hadir dalam sikap mental bawah sadar manusia terhadap ular. Dua sisi saling paradoks ini hadir melalui tempaan pengalaman manusia dalam pergaulan mereka secara langsung dengan ular. Manusia menyaksikan keganasan bisa ular yang menghantarkan jiwa manusia ke alam maut dalam waktu singkat. Manusia juga menyaksikan dengan perasaan gentar bagaimana sosok tubuh manusia bisa ditelan seutuhnya oleh seekor ular. Manusia mendapati bahwa perlakuan baik terhadap ular merupakan jalan damai yang terbaik. Pemujaan terhadap ular merupakan pelembagaan ketakutan sekaligus upaya mencari selamat dari ketakutan itu. Sifat ular sendiri, yang tidak suka menyerang jika tidak diserang, sangat klop dengan pendekatan religius manusia terhadapnya. Dengan demikian agama telah menjadi jalan keluar yang alamiah bagi bersatunya bangsa manusia yang berdarah panas dan bangsa ular yang berdarah dingin.
Ayo bermain ular tangga dan lupakan sejenak kengerian anda terhadap ular.
sumber : http://dekrit.blogspot.com